Pendidikan memanglah suatu kebutuhan
dalam kehidupan sosial, karena pendidikan dijadikan sebagai modal utama dalam
menentukan masa depan. Hakekatnya suatu pendidikan adalah kewajiban bagi
seluruh bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Namun pada kenyataanya banyak
terjadi suatu pergeseran dalam hakekat dari pendidikan itu sendiri. Seperti
anak-anak sekolah pada zaman ’80-an dengan anak sekolah pada masa sekarang yang
sekiranya mempunyai anggapan mengenai arti dari pendidikan itu sendiri. Hal
itulah yang membuat pergeseran dari paradigma suatu pendidikan di Indonesia.
Paradigma pendidikan pada masa ’80-an
tidak sama dengan masa sekarang. Pada zaman itu mereka menganggap pendidikan
adalah suatu kebutuhan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Karena pada
masa itu pendidikan masih tergolong ke dalam orang-orang yang mampu saja untuk
membayar biaya sekolah, kususnya Sekolah Menengah Atas. Akan tetapi hambatan
tersebut bukan suatu alasan untuk menghalangi mereka yang benar-benar ingin
bersekolah walau pun keadaan finansial yang terbatas. Semangat mereka pada masa
itu terlihat dari tempat sekolah yang tempatnya jauh dari tempat tinggal mereka
yang artinya pada saat itu memang belum banyak sekolah yang dibangun di beberapa
tempat atau daerah pedesaan, mereka menggunakan sepeda untuk menempuh
perjalanan menuju sekolah dengan uang saku yang sedikit atau bahkan terkadang
tidak diberi uang saku, namun hal itu tidak terlalu dipermasalahkan, sebab
mereka pergi ke sekolah untuk mencari ilmu bukan untuk mendapatkan uang jajan
dari orang tua yang sudah susah payah mencarinya.
Paradigma tersebut telah bergeser entah
mengikuti perkembangan zaman atau malah tidak memanfaatkan perkembangan zaman.
Karena anak-anak masa sekarang berbeda dengan pada masa ’80-an yang artinya
pada masa itu anak-anak bersekolah bertujuan untuk menuntut ilmu meski tidak
ada kendaraan yang bisa lebih meringankan mereka untuk pergi ke sekolah. Anak-anak
sekolah pada masa kini sepertinya tidak terlalu memprioritaskan suatu pendidikan,
hal itu terlihat dari beberapa kasus yang sering terjadi pada anak Sekolah
Menangah Atas yaitu mereka sering
membolos sekolah. hal itu mencerminkan mereka tidak menganggap bahwa sekolah
itu penting bagi dirinya. Padahalnya
mereka sangat beruntung, karena banyak sekolah yang dibangun dekat dengan
tempat tinggalnya dan bahkan banyak kendaraan-kendaraan umum atau sepeda motor
sebagai sarana transportasi untuk pergi ke sekolah. akan tetapi pada
kenyataannya mereka tidak memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut justru
malah meggunakannya untuk pergi ke tempat hiburan seperti warnet, salah satu
tempat yang sering dikunjungi siswa-siswa sekolah yang membolos, hal ini
berpengaruh terhadap fasilitas yang dimilikinya dan kemungkinan uang saku yang
diberi orang tuanya yang digunakan mereka untuk membayar sewa warnet. Sering
kali kasus seorang siswa yang tidak mau berangkat ke sekolah hanya karena orang
tuanya hanya sedikit memberikan uang saku, hanya sedikit bukan tidak diberi.
Sungguh anggapan mereka terhadap pentingnya atau manfaat dari suatu pendidikan
sangat nihil.
Hal-hal tersebutlah yang membuat
pergeseran dari hakekat suatu pendidikan di Indonesisa. Anak sekolah zaman
sekarang tidak berpikir tentang pentingnya suatu pendidikan sebagai modal untuk
menyongsong masa depan, justru mereka mau bersekolah hanya karena diberi uang
saku dan fasilitas sepeda motor sebagai sarana membolos sekolah.
11 Mei 2016
Sumber: mrjubran.blogspot.com