Tuesday, 16 June 2015

Kerinduan dalam penyesalan



(Oleh : Bayu Indrawan)


Mengulas kisah dari lembar cerita saat hasrat tiada bertepi
Gambaran jiwa yang pilu menyikapi
Awan berarak sendu dalam meratapi laraku
Tentang kebodohan yang berakhir penyesalan

Ku raba lirih arti penyesalan
Saat tiba kini ku berada pada ruang tak berteman

Sebuah kata dari lidah yang beku
Tak pernah tersampaikan pada mu
Hanya gumam tiada memekik dan padamkan api semangatku
Memakan waktu yang tanpa ku mengerti  berharga bagiku

Sampai akhirnya kau beraikan harapan
Dan kau ciptakan jarak yang amat jauh
Hanya tinggalkan kerinduan dan menghimpun ribuan penyesalan

Ada cinta yang datang dengan asa
Dan ada sakit setelahnya tanpa terkira
Sampai tiada dapat untukku menyentuhmu
Parasmu yang sahaja laksana anggun bunga taman
Hanya sebagai santap mata yang ku nikmati
Hingga sejauh ini entah aku masih bisa bersyukur

Apa memang seperti ini hati yang harus bersua kerinduan?
Gadis ceria penuh semangat ku ingat jelas bola mata mu
Tertatap untukku, memahami arti pada jiwa yang kosong
Hati risau menghimpun gelisah yang menggeliat hasrat

Tak banyak ku fahami tentang hatimu
Begitu keras bagai baja, kian lembut laksana sutra
Tegas saat berkeputusan, dan lemah saat bersua kekecewaan

Aku bukan siapa-siapa bagimu
Mengapa aku tetap tiada henti memikirkanmu?
Meski ku tahu kau di sana tak pernah hiraukan aku

Sang dewi cinta...
Pantaskah kau tancapkan panah asmara kepadaku?
Hanya terdapat hati yang luka
Menanti cinta tiada jumpa
Aku hampa tiada daya
Jiwa melemah tertampung semu asa
Hati telah penat tiada harap
Dan ku tahu ini semua karena kesalahanku

Adakah cinta yang ku rengkuh tanpa penyesalan?
Dan tanpa harus membekas kerinduan
Kau yang disana, tahu kah bahwa dalam hatiku tersimpan ribuan hasrat yang bergejolak?
Dan tersimpan harapan yang ku tahu itu tak mungkin ada dalam duniaku.
Maafkan aku yang telah membuatmu jauh dariku.


Kehidupan Cinta yang terpendam




 (Oleh : Bayu Indrawan)
Aku tidak menemukan kepak sayapnya yang gemulai mengarungi awan
Dimana ia yang seharusnya bergelut dengan arak gemawan?
Aku tengah berjalan telusuri hutan belantara, melewati alang-alang
Lalu aku mendengar suara rintihan yang layu...
Desiran angin mendekapku, memberiku petunjuk dimana suara itu berasal.
Lalu aku kembali berjalan mengikuti arah angin.
Aku menemukannya dibalik perbukitan tinggi di dasar lembah yang terdalam...
Ia meringkik terkikis, hancur bagai serpihan kaca berserakan dan lambat laun lumat dihempas oleh angin.

Aku mendekatinya, kemudian ia menatapku lekat-lekat... aku tak tau apa maksudnya,
Hanya menduga dia mengisyaratkan ratapan-ratapan jiwanya...
Dia mengemukakan alasan yang membuat dirinya terbaring ditengah kesunyian
Dia berkata bahwa penantian terlalu lama memenjarakannya di dalam jeruji kesepian
Dan keheningan telah lama menyelimutinya di dalam kegelapan malam
Maka ia tidak mampu lagi menyampaikan ratapan-ratapan jiwanya pada angin
Hanya berkaca pada gemerlap bintang-bintang untuk menyampaikan isyaratnya pada danau.

Lalu ia berkata tentang prinsip dari pualam, ketegaran yang kosong dan harus hancur karena kelembutan embun.
Ia bersembunyi demi kesahajaan, menunggu kabar yang di sampaikan malam
Dan menyudutkan diri kala ia bahagia. Dia tak lagi dapat mengepakkan sayapnya untuk mengarungi roman kehidupan.
Tak mampu lagi mengikuti jejak matahari. hanya berhayal mematung di tengah lembayung yang terlukis oleh sang surya.

Antara kita



Antara kita
(oleh: Bayu Inrawan)

Aku tahu kita masih mengingatnya...
Yaitu aku dengan penyesalanku, dan kamu dengan kekecewaanmu
Aku tahu kita masih menyimpannya...
Yaitu aku dengan kenangan ku, dan kamu dengan kebencianmu.

Kau dan aku masih mengingatnya
Yaitu kau di dalam kenangan bengismu
Dan aku bersama kerinduan yang membuncah

Banyak hal yang membedakan aku dan kamu...
Seperti dirimu membenci waktu karena kekecewaan
Dan aku membencinya karena semua telah berlalu

Kau menciptakan jarak yang tak terlihat
Aku bertahan dengan rasa yang penat
Kau hidup dalam diriku dengan penuh harapan
Aku berada dalam dirimu, hidup namun tiada seperti kehidupan
mati tak tersisa dalam bayanganmu


Cumbui Bayangmu



Cumbui Bayangmu
(Oleh : Bayu Indrawan)

Kala termangu, sendu mengajak nan merayu
Kala keheningan tiada berteman padaku
Ku bongkar rahasia kabut yang hinggap meresap tubuh
Mata kian berkaca-kaca laksana gemerlap bintang terpantul pada danau

Malam yang bisu menggugah kalbu
Membawamu berada dalam khayalku
Tergambar dalam lamunan
Hadir melalui renungan
Singgah anggunmu di angan
Hidup bersama mimpi dan bayangan
Kau bersamaku menyertai satu harapan
Hingga tertepis kerinduan yang membuncah

Keanggunanmu berada tinggal dihatiku jua
Ku kuburkan seluruh derita dalam dada
Entah apa ini perasaan yang sesaat
Ataukah karena hati yang kian penat
                                                                                               

Panah cinta sang dewi tak tepat

Ku robek duka bersama lagu yang digubah oleh renungan
Dan dilantunkan melalui desah kenestapaan
Dan diiringi pekik kegundahan
Dan kusimpul menjadi kerinduan
Dan ku sandarkan beribu harapan

Menengadah, terhempas hal yang lalu
Menangisi sepanjang jalan, bertapak pilu
 Biarlah aku bercumbu dengan bayangmu
Meski ku tahu kau bukanlah untukku
Biar ku himpun segenap gejolak jiwa yang bergelora
Meski akan tersisa sakit yang tak terkira
Aku telah menemukan kesenangan dalam sedih
Adalah kedamaian dalam menikmati bayangmu yang membuat diriku mencintai rasa sedih.